š Daftar Pustaka Tentang Komunikasi
DAFTARPUSTAKA Ernst, Neufrt. (1991). Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga Ernst, Neufrt. (1991). Cipta Adi Pustaka Surasetja, Irawan 2007, Fungsi Ruang Bentuk dan Ekspresi Dalam Arsitektur. Udang RI No.36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi SITUS WEB sumber: diakses Rabu, 09 Maret 2020 Pukul 14.37
DAFTARPUSTAKA Abdilah, A.D., Ramdan, M. (2014). Hubungan Karakteristik Pasien dengan Hubungan Persepsi Pasien tentang Keramahan Perawat dengan Kepuasan Pasien di Ruang Pavilyun Rumah Sakit Daerah Sidoarjo. S. (2017). Kompetensi Komunikasi Interkultural Staff Warga Negara Jerman dan Indonesia di Wisma Jerman - Surabaya Pendahuluan
DAFTARPUSTAKA AFP. (2012). Ancaman Pembunuhan Intai Hubungan Cinta Online di Pakistan. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI), 29-40. Dani, A. (2008). Jurnal. (Studi Pemaknaan Tentang Konsep Trust oleh Dewasa Muda yang Menjalin Hubungan Percintaan Melalui
68DAFTAR PUSTAKA Alex Sobur. 2006. Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya _____, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Amri, Jahi.2005. Komunikasi Massa di
MetodePenyambungan Fusi (Fusion Splicing) Di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Area Network Solo,ā Makalah Seminar Kerja Praktek, 2012. 3. Anonim, "Penyambungan Kabel Serat Optik," DIVLAT PT. Telekomunikasi Indonesia.
DAFTARPUSTAKA Abdullah, Y. (2015). Komunikasi Sebuah Introduksi. Yogyakarta: Deepublish metode Asesmen Sistem Informasi Komunikasi dalam Organisasi. Jakarta: Prenadamedia. & Purwoko, B. (2018). Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori Dan Praktik Konseling Expressive Writing. Jurnal BK Unesa, 8(1). Retrieved from http
Tahun2017 Tentang Hari Sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Mengenai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Poerwandari, K.E. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Edisi ke 3. Jakarta: LPSP3 UI. Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi.
DAFTARPUSTAKA BUKU : McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika Moleong, Lexy, J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja tentang Representasi Kecantikan dalam Film Adaptasi Snow White and the Huntsman (2012) dan Mirror Mirror (2012)). Jurnal Komunikasi.
DAFTARPUSTAKA Buku Ambrose, Timothy dan Paine, Crispin. (2006). , Komunikasi dan edukasi, Kukuh Pamuji, FIB UI, 2010. 139 Universitas Indonesia Tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan. Anonim. (2005). Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Struktur
. Abstrak Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang diperlukan dalam upaya membangun relasi dan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas Negeri Malang. Gambaran keterampilan tersebut akan dijadikan dasar pembuatan pelatihan atau intervensi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus eksplanatori dengan cara pengumpulan data FGD dan observasi. Partisipan yang direncanakan untuk mengikuti penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa dari 3 fakultas di Universitas Negeri Malang. Mahasiswa tersebut yang pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal baik dengan civitas akademika. Analisis data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah analisis data tematik. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Guba's trustworthiness for qualitative research. Hasil penelitian ini memperlihatkan mahasiswa universitas negeri malang memiliki 1 ketidakmampuan menterjemahkan isi pesan yang akan dikirim dan diterima, 2 kurang mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara dan konteks komunikasi, 3 adanya keterkaitan kebiasaan lingkungan rumah, sekolah dan fakultas dan hubungan dengan lawan bicara dengan cara berkomunikasi, 4 memiliki kesulitan untuk mengelola emosi dan menyusun kalimat dan 5 memahami etika dan aturan yang ada, namun merasa tidak memerlukan tersebut ketika lawan bicara memahami maksud komunikasi. Kata kunci Keterampilan, Komunikasi Interpersonal, Dewasa awal, civitas akademika. Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan yang menghubungkan manusia sebagai bentuk dari komunikasi verbal. Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk membantu membangun hubungan dengan orang lain dalam situasi yang berbeda. Gesture seperti kontak mata, gerakan tubuh dan gerakan tangan juga merupakan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal melibatkan komunikasi tatap mata dengan cara yang sesuai dan bertujuan Knapp and Daly, 2002. Sedangkan Berne dalam Ramaraja 2012 menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat menggambarkan pola komunikasi, manajemen, kepribadian dan perbuatan. Komunikasi verbal merupakan pusat dari hubungan sosial antar manusia dan menjadi bagian dari kajian psikoanalisis. Oleh karena itu, kecakapan dalam penggunaan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa UM Indah Yasminum Suhanti Universitas Negeri Malang Dwi Nikmah Puspitasari Universitas Negeri Malang Rakhmaditya Dewi Noorrizki Universitas Negeri Malang Abstrak Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang diperlukan dalam upaya membangun relasi dan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas Negeri Malang. Gambaran keterampilan tersebut akan dijadikan dasar pembuatan pelatihan atau intervensi pada masalah ā masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus eksplanatori dengan cara pengumpulan data FGD dan observasi. Partisipan yang direncanakan untuk mengikuti penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa dari 3 fakultas di Universitas Negeri Malang. Mahasiswa tersebut yang pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal baik dengan civitas akademika. Analisis data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah analisis data tematik. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Gubaās trustworthiness for qualitative research. Hasil penelitian ini memperlihatkan mahasiswa universitas negeri malang memiliki 1 ketidakmampuan menterjemahkan isi pesan yang akan dikirim dan diterima, 2 kurang mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara dan konteks komunikasi, 3 adanya keterkaitan kebiasaan lingkungan rumah, sekolah dan fakultas dan hubungan dengan lawan bicara dengan cara berkomunikasi, 4 memiliki kesulitan untuk mengelola emosi dan menyusun kalimat dan 5 memahami etika dan aturan yang ada, namun merasa tidak memerlukan tersebut ketika lawan bicara memahami maksud komunikasi. Kata kunci Keterampilan, Komunikasi Interpersonal, Dewasa awal, civitas akademika. Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan yang menghubungkan manusia sebagai bentuk dari komunikasi verbal. Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk membantu membangun hubungan dengan orang lain dalam situasi yang berbeda. Gesture seperti kontak mata, gerakan tubuh dan gerakan tangan juga merupakan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal melibatkan komunikasi tatap mata dengan cara yang sesuai dan bertujuan Knapp and Daly, 2002. Sedangkan Berne dalam Ramaraja 2012 menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat menggambarkan pola komunikasi, manajemen, kepribadian dan perbuatan. Komunikasi verbal merupakan pusat dari hubungan sosial antar manusia dan menjadi bagian dari kajian psikoanalisis. Oleh karena itu, kecakapan dalam penggunaan Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 80 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 bahasa dan komunikasi interpersonal dapat membantu individu untuk lebih memahami situasi sosial dan bertindak dan menyelesaikan masalah sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Komunikasi interpersonal dapat dibagi menjadi tiga kategori; keterlibatan, kendali/kontrol dan kelekatan. Keterlibatan merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kepuasan hubungan dengan orang lain dan memiliki keterlibatan yang cukup serta rasa saling memiliki; kontrol merupakan wujud lain dari kebutuhan untuk mempengaruhi dan menunjukkan adanya kekuatan; serta yang terakhir adalah kelekatan, yang berarti merupakan kebutuhan untuk menjalin persahabatan, kedekatan dan cinta. Setiap individu memiliki kebutuhan interpersonal yang berbeda. Kesadaran akan kebutuhan interpersonal dari individu akan membantu untuk lebih dapat memahami perilaku komunikasi yang mereka miliki Schutz dalam Ramaraja 2012. Rubin et al. dalam Sun Gwen Hullman & Yin Wang, 2011 menyatakan terdapat enam alasan utama individu melakukan komunikasi interpersonal, yakni kontrol, kelekatan, inclusion keterlibatan, relaksasi, melarikan diri dan kesenangan. Kontrol, keterlibatan, dan kelekatan merupakan dorongan utama yang dapat memenuhi kebutuhan ego, hubungan sosial dan kebutuhan akan rasa aman. Relaksasi dan upaya melarikan diri merupakan hal yang dapat mengurangi stres, sedangkan rasa senang berfungsi untuk membangkitkan motif atau dorongan. Dalam komunikasi interpersonal sehari-hari, seorang individu akan dapat mengembangkan beberapa aspek sosial emosionalnya seperti; adanya keterlibatan dengan lawan bicara yang lebih intens sehingga dapat memunculkan kepuasan dalam berhubungan sosial, digunakannya kontrol diri sebagai bagian dari upaya mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan nilai dan aturan yang berlaku dan juga lahirnya kedekatan yang merujuk pada keharmonisan hubungan antar individu. Komunikasi interpersonal yang efektif akan memberi dampak positif kepada lingkungan dan meminimalisir adanya gesekan dengan aturan formal yang dianut oleh individu lainnya. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dicapai dengan keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Keterampilan komunikasi interpersonal adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan orang lain Devito, 2013. Keterampilan komunikasi interpersonal berisi tentang pengetahuan tentang aturan ā aturan dalam komunikasi non verbal seperti sentuhan, kedekatan fisik, pengetahuan cara berinteraksi sesuai dengan konteks, memperhatikan orang yang berkomunikasi dan memperhatikan volume suara. Aturan ā aturan tersebut berisi etika. Etika tersebut merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam keterampilan komunikasi interpersonal Devito, 2013. Keterampilan komunikasi interpersonal diperlukan dalam semua jenis komunikasi interpersonal, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi interpersonal tidak langsung adalah komunikasi yang terjadi melalui media, seperti surat, telepon atau online daring. Komunikasi interpersonal tidak langsung dengan media daring adalah pilihan yang paling banyak digunakan saat ini. Mayoritas pengguna komunikasi daring ini adalah generasi Valkenberg dan Jochen 2011 komunikasi daring menarik bagi pemuda karena beberapa faktor yakni; dibandingkan komunikasi tatap muka komunikasi daring meningkatkan pengendalian dari presentasi diri dan keterbukaan diri, individu akan merasa lebih aman, lebih bebas dalam menjalin interaksi interpersonal dari pada berinteraksi langsung dengan tatap muka. Hal ini sangat penting apalagi bagi individu yang merasa malu Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 81 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 dan memiliki hambatan sosial ketika berkomunikasi secara langsung. Bagian dari komunitas orang muda tersebut adalah mahasiswa. Keterampilan komunikasi interpersonal yang dilakukan mahasiswa dapat dilakukan dengan baik karena mahasiswa memiliki karakteristik mulai berpikir luas dan kompleks, berpikir kritis, mampu menyeimbangkan kognisi dan emosi, menjalin relasi berdasarkan nilai ā nilai dan ikatan yang lebih kuat, menghargai perbedaan, mengambil resiko, pengambilan keputusan berdasarkan konsekuensi masa depan dan mempertimbangkan dampak keputusannya bagi orang lain disekitar Simpson, 2010. Dengan karakteristik tersebut, mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan dengan pertimbangan yang matang. Mahasiswa diharapkan mampu mempertimbangkan bagaimana keputusannya berdampak bagi orang lain di lingkungan sekitar, hal ini termasuk cara berkomunikasi interpersonal yang lebih efektif ketika berhubungan dengan orang lain. Pada kenyataannya banyak permasalahan yang muncul terkait dengan cara mahasiswa berkomunikasi interpersonal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terkait dengan keterampilan mahasiswa dalam melakukan komunikasi interpersonal. Pengamatan singkat telah menemukan bahwa para pengajar di lingkungan UM mempertanyakan cara mahasiswa berkomunikasi dengan civitas akademika. Mahasiswa memiliki persoalan dengan civitas akademika ketika melakukan komunikasi secara langsung atau melalui pesan tertulis dalam SMS, whatsapp WA dan e-mail kepada civitas akademika yang lain. Mahasiswa terkesan kurang memperhatikan tata bahasa yang benar secara lisan maupun tertulis kepada civitas akademika, seperti dalam penggunaan kalimat yang tidak mengindahkan tata kesopanan sebagaimana yang biasa dilakukan dalam komunikasi formal. Palupi dkk 2016 mengadakan penelitian tentang cara komunikasi mahasiswa di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang FPPsi. Mereka menemukan bahwa pengajar di FPPsi mengeluh akibat cara berkomunikasi mahasiswa yang dinilai kurang sopan. Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan tata cara komunikasi yang orang yang lebih tua. Pengajar merasa mahasiswa seperti berkomunikasi dengan teman sebayanya. Hal yang unik muncul ketika Palupi dkk tersebut melakukan pendalaman cara berkomunikasi dengan mahasiswa. Mahasiswa tersebut menyadari bahwa mereka kurang baik dalam hal berkomunikasi. Menurut mahasiswa yang diwawancara oleh Palupi dkk., komunikasi yang kurang sopan adalah komunikasi yang dilakukan melalui media daring, tidak memperhatikan lawan bicara dan cenderung menggunakan bahasa daerah. Hal ini menjadi unik karena, mahasiswa tersebut paham mereka tidak terlalu baik dalam keterampilan komunikasi interpersonal, namun, mereka tetap mengulangi hal tersebut. Permasalahan tentang keterampilan komunikasi interpersonal tersebut tidak hanya dirasakan oleh civitas akademika di FPPsi UM saja, tapi juga di beberapa fakultas yang ada di UM. Hasil diskusi dengan civitas akademika di Fakultas Ilmu Sosial FIS dan Fakultas Ilmu Keolahragaan FIK memperlihatkan adanya keluhan tentang keterampilan komunikasi interpersonal, khususnya melalui media daring. Hal selanjutnya yang terlihat adalah, baik untuk FPPsi, FIS dan FIK, keluhan yang muncul ditujukan pada banyak mahasiswa yang identitasnya sama. Sehingga bisa dilihat bahwa keterampilan komunikasi interpersonal yang buruk tidak terjadi pada semua mahasiswa, tetapi sejumlah mahasiswa lebih dari lima orang. Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 82 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Permasalahan keterampilan komunikasi interpersonal tersebut, membuat interaksi yang terjadi antara civitas akademika dengan mahasiswa tidak berjalan lancar. Civitas akademika cenderung marah dan menarik diri dari mahasiswa. Keadaan tersebut membuat proses belajar mengajar dan diskusi ilmiah tidak berjalan lancar. Proses belajar mengajar yang tidak berjalan lancar menyebabkan transfer pengetahuan terhambat dan masa studi mahasiswa pun dihambat. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mendalami permasalahan tentang keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa di FPPsi, FIS dan FIK UM. Hal yang perlu didalami berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa tentang keterampilan komunikasi interpersonal, penyebab dan faktor yang membuat mereka memiliki masalah dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Pendalaman akan diarahkan pada mahasiswa yang diketahui memiliki masalah dalam keterampilan komunikasi interpersonal. Titik pijakan dalam usaha pendalaman tersebut adalah penelitian keterampilan komunikasi interpersonal pada dewasa awal dilakukan oleh Gobler dkk 1999. Mereka melihat bahwa remaja akhir yang memasuki periode dewasa awal memiliki pola komunikasi yang tidak efektif. Pola yang tidak efektif tersebut terlihat dalam bentuk komunikasi yang dilakukan oleh subyek penelitian, yaitu pola berulang tidak fokus pada topik yang sedang didiskusikan, pola berulang untuk mempertahankan pendapat secara kuat, pola berulang untuk tidak mendengarkan pembicaraan dan pola berulang yang lebih menekankan pada konten secara kognitif tetapi tidak mempertimbangkan aspek perasaan dari orang lain. Pola komunikasi ini mengawali usaha untuk mengungkap keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa FPPsi, FIS dan FIK tersebut. Hasil Gobler dkk tersebut akan diperkuat oleh konsep Devito 2013 tentang unsur ā unsur yang mempengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah cara manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi interpersonal mengacu pada pemahaman dan penerapan proses mengirim dan menerima pesan baik verbal dan nonverbal Wilkins, 2015. Komunikasi interpersonal berfokus pada proses interaksi individu daripada konten verbal dari interaksi tersebut. Termasuk dalam proses interaksi tersebut adalah pertukaran pesan baik secara verbal maupun non-verbal, dan pengalaman antar individu dalam berkomunikasi Ramaraju, 2012. Interaksi yang ada dalam komunikasi interpersonal memiliki muatan afeksi. Komunikasi ini merupakan pesan verbal yang diberikan pengirim pesan kepada penerima pesan disertai faktor afeksi yang disadari oleh masing ā masing pihak yang berperan aktif dalam proses komunikasi Johnson & Johnson dalam Basuki, 2005, sehingga dapat dilihat adanya aspek pribadi dalam proses komunikasi interpersonal. Aspek pribadi dalam komunikasi interpersonal memudahkan manusia untuk mengenal lebih dalam manusia lain Basuki, 2005. Pengenalan tersebut membuat proses interaksi danemenuhan kebutuhan manusia dapat berjalan dengan baik. Untuk melakukan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif, diperlukan keterampilan melakukan melibatkan unsur ā unsur pribadi tersebut kedalam komunikasi. Menurut Gardner dalam Suhaimi, dkk, 2014 keterampilan komunikasi interpersonal mengacu pada kemampuan individu untuk berkomunikasi secara kooperatif dalam kelompok, Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 83 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 baik verbal maupun non-verbal. Seseorang yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif akan peka terhadap perasaan dan emosi orang lain di sekelilingnya. Kemampuan ini merupakan ukuran dari kualitas seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang meliputi pengetahuan tentang aturan ā aturan dalam komunikasi non verbal, seperti sentuhan dan kedekatan fisik, pengetahuan tentang berinteraksi sesuai konteks, memperhatikan orang yang diajak berkomunikasi, memperhatikan volume suara Devito, 2013. Faktor ā faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Interpersonal Banyak penulis yang menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal. Suranto 2011 menulis tentang sumber, encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon, gangguan dan konteks komunikasi ruang, waktu, nilai. Ada pula penulis yang memasukkan unsur budaya. Lusa 2009 menulis tentang faktor ā faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah latar belakang budaya, ikatan kelompok, harapan, pendidikan, situasi ekologi, penataan ruang, temporal, susunan prilaku, teknologi, faktor sosial, psikososial dan stimulus. Perbedaan budaya, globalisasi, restukturisasi organisasi, pekerja dengan spesialisasi tertentu tertentu, dan perkembangan teknologi berkontribusi dalam keterampilan interpersonal saat ini Ramaraja, 2012. Pada penelitian ini, pijakan awal untuk melihat hal ā hal yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah Devito 2013. Devito menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam model komunikasi interpersonal, yaitu 1. Pengiriman dan Penerimaan Pesan Dalam proses komunikasi, terdapat proses mengrim dan menerima pesan. Agar komunikasi berjalan lancar, maka individu harus mampu menerjemahkan kembali pesan-pesan yang dikirimkan menjadi ide-ide. Kegagalan komunikasi terjadi ketika pesan-pesan tidak dapat diterima atau diterjamahkan oleh penerima pesan. 2. Kompetensi Kompetensi interpersonal diperlukan dalam proses komunikasi yag bersifat timbal balik. Komptensi interpersonal adalah kemampuan penyesuaian diri dalam berkomunikasi berdasarkan pada konteks interaksi dan berdasarkan pada konteks orang yang menjadi teman berkomunikasi. 3. Pesan Dalam komunikasi pesan harus dikirim dan diterima. Pesan dapat berbentuk suara gambar, aroma atau gabungan dari semuanya. Selama proses komunikasi terjadi pertukaran umpa balik antar komunikator. Berdasarkan penilaian terhadap umpan balik tersebut,komunikator dapat menyesuaikan, menambah, menguatkanatau mengubah isis suatu pesan. 4. Saluran komunikasi Saluran komunikasi adalah perantara ang menjadi jalan untuk penyampaian sebuah pesan. Umumnya dalam komunikasi seorang komunikator memberdayagunakan lebih dari stu saluran secara simultan. Contohnya dalam komunikasi tatap muka, saluran komunikasi terdiri dari saluran suara, visual dan penciuman. 5. Bising Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 84 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Bising adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu pengiriman pesan. Terdapat 3 jenis bising, yaitu bersifat fisik, psikologis, dan semantic. Cara untuk mengurangi bising adalah melalui pemilihan kaimat yang efektif, peningkatan kemampuan meneima maupun mengirim pesan, dan peningkatan kemampuan perseptual, pendengaran dan penerimaan umpan balik. 6. Konteks Konteks memberi pengaruh pada bentuk da nisi komunikasi. Konteks komunikasi sekurangnya memiliki empat diensi, yaitu dimensi fisik, temporal, sosial psikologis, dan budaya. 7. Dampak Setiap proses komunikasi selalu memiliki dampak terhadap individu yang terlibat dalam proses komunikasi. Apabila komunikasi memberidampak pada lingkungan atau konteks, maka dampak itu akan dirasakan pula oleh partisipan. 8. Etika Etika komunikasi adalah kriteria penilaian baik-buruk berkenaan dengan suatu tindakan komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal, yang merupakan perwujudan hubungan antar manusia, mensyaratkan dihormatinya prinsip-prinsip yang terkandung dalam etika komunikasi. Etika komunikasi bergantung pada filsafat hidup dan nilai-nilai yang dimiliki individu, selain itu unsur-unsur umum dapat dijadikan patokan etika dalam berkomunikasi. Pemilihan unsur ā unsur milik Devito tersebut dikarenakan adanya hal ā hal yang selaras dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Keselarasan tersebut tampak pada aspek kemampuan yang terdapat pada unsur yang dikemukakan oleh Devito. Kompetensi tersebut meliputi kemampuan penyesuaian diri yang dilakukan oleh pihak ā pihak yang berkomunikasi berdasarkan konteks interaksi dan lawan bicara. Unsur ini sesuai dengan definisi keterampilan komunikasi interpersonal yang telah dituliskan pada bagian atas. Selain itu, unsur etika juga selaras dengan fokus keterampilan komunikasi interpersonal tentang aturan ā aturan komunikasi. Faktor budaya juga akan dimasukkan sebagai pijakan awal dalam penelitian ini. Budaya merupakan unsur yang ada dalam kehidupan sehari ā hari dan berkontribusi dalam proses komunikasi manusia. Perbedaan budaya, globalisasi, restukturisasi organisasi, pekerja dengan spesialisasi tertentu tertentu, dan perkembangan teknologi berkontribusi dalam keterampilan interpersonal saat ini Rajamaraja, 2012. Dewasa Awal Karakteristik Dewasa Awal Masa dewasa awal berkisar antara usia 18-26 tahun. Masa dimana individu meraih kematangan dan perubahan. Masa dewasa awal adalah masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Secara fisik perubahan yang terjadi tidak menyolok seperti masa anak-anak atau remaja namun terjadi secara bertahap. Individu mulai mendapatkan berat badan yang stabil. Selain itu tidak ada perubahan fisik yang dramatis terjadi Bonnie dkk, 2015. Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 85 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Kognitif dan psikologis pada masa dewasa lebih menjadi fokus dibandingkan dengan perkembangan fisiknya. Secara umum pada masa awal individu akan membutuhkan waktu pertimbangan yang lebih lama untuk memutuskan sesuatu yang sulit, pemberian hadiah sedikit pengaruhnya untuk memunculkan perilaku dibandingkan dengan saat remaja, lebih sensitif terhadap biaya potensial terkait perilakunya, dan dapat mengontrol impuls-impulsnya dengan lebih baik. Pada masa ini individu dewasa awal berkesempatan untuk membentuk peran-peran baru dan tanggung jawab di lingkungan sosialnya Bonnie dkk, 2015. Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dewasa Awal Keterampilan komunikasi interpersonal dewasa awal terkait dengan media komunikasi yang ada saat ini. Masa dewasa awal saat ini erat berkaitan dengan komunikasi melalui media sosial yang terhubung dengan internet. Masalah yang ditemukan terkait dengan fenomena tersebut adalah dalam komunikasi sehari-hari individu cenderung melakukan penyelesaian masalah dengan mengakses sosial media atau pesan singkat sehingga mengurangi komunikasi tatap muka. Dengan kata lain hubungan sosial yang langsung bertatap muka tergantikan oleh cara daring atau melalui media sosial. Menurut Drusesell 2012 keadaan ini menyebabkan tanggung jawab secara personal ketika berhadapan dengan orang lain menjadi berkurang karena melalui media sosial, individu tidak lagi berhadapan secara langsung. Masalah komunikasi lainnya dihadapi oleh dewasa awal di lingkungan pendidikan. Usia dewasa awal adalah usia masuk perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, dewasa awal berhadapan dengan proses belajar mengajar yang memerlukan kemampuan komunikasi interpersonal efektif dengan civitas akademika. Seringkali, komunikasi interpersonal tersebut tidak berjalan dengan baik dan efektif. Palupi dkk. 2016 menemukan adanya keluhan dosen FPPsi di UM terhadap cara komunikasi interpersonal mahasiswa dewasa awal. Menurut para dosen, komunikasi yang dilakukan mahasiswa cenderung tidak sopan. Secara langsung dan tidak langsung, hal tersebut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Ernawati & Tjalla 2009 menemukan adanya hubungan antara prestasi belajar dengan komunikasi belajar. Semakin tinggi prestasi belajar semakin tinggi komunikasi interpersonal. Semakin rendah prestasi belajar, maka semakin rendah komunikasi interpersonal mahasiswa. Studi mengenai keterampilan komunikasi interpersonal telah beberapa kali dilakukan. Penelitian mengenai pola keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja akhir dan dewasa awal dilakukan oleh Grobler, Myburgh & Peppenoel 1999. Mereka melakukan penelitian pada individu berusia 17 tahun keatas tentang cara berkomunikasi interpersonal. Tujuan mereka melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data terkait dengan permasalahan komunikasi interpresonal. Berdasarkan data tersebut kemudian mereka akan merancang intervensi yang untuk membantu individu yang mengalami permasalahan komunikasi interpersonal. Grobler dkk tersebut mendapatkan hasil adanya kemunculan pola yang berulang pada hilang fokus pada topik yang sedang didiskusikan, mempertahankan pendapat secara kuat, tidak mendengarkan pembicaraan dan penekanan konten secara kognitif tetapi tidak mempertimbangkan aspek perasaan dari orang lain. Hal ini dilihat oleh Gobler dkk sebagai komunikasi interpersonal yang tidak efektif pada dewasa awal. Gobler dkk kemudian menyarankan untuk meningkatkan kefektifan komunikasi dewasa awal melalui Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 86 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 intervensi. Studi ini merupakan pijakan awal penelitian ini dalam pengumpulan data tentang keterampilan komunikasi interpersonal dewasa muda. Intervensi untuk komunikasi interpersonal dewasa awal didapatkan melalui keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan ini dapat membantu meningkatkan kefektifan komunikasi interpersonal karena Grobler 1999 menyatakan bahwa kaum remaja dan dewasa awal memiliki kemampuan komunikasi interpersonal apabila diberikan kesempatan dan difasilitasi dengan baik. Uraian diatas memperlihatkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal pada dewasa awal, saat ini, belum dapat meningkatkan kefektifan hubungan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal yang mereka lakukan memiliki pola yang sama, yaitu tidak fokus pada topik pembicaraan, tidak memperhatikan aspek perasaan lawan bicara, tidak mau mendengarkan lawan bicara dan suka mempertahankan pendapat sendiri. Komunikasi interpersonal yang sangat sering dilakukan oleh masa dewasa awal melalui media daring. Hal ini juga membuat komunikasi yang berjalan tidak efektif karena kurangnya tanggung jawab atas proses komunikasi yang terjadi. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian kualitatif digunkan untuk menggali motif-motif tersembunyi dari perilaku subjek penelitian. Metode penelitian kualitatif yang akan digunakan adalah metode studi kasus . Studi kasus bertujuan untuk memahami dinamika yang terjadi dalam kasus yang menjadi fenomena penelitian Wilig, 2008. Metode studi kasus yang akan digunakan adalah studi kasus eksplanatori, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mendalam mengenani fenomena yang menjadi fokus penelitian. Tahapan penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan 4 tahap yaitu 1 Tahapan pertama peneliti melakukan observasi awal mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dewasa awal yang berada di lingkungan Universitas Negeri Malang. Hal itu dilakukan untuk memperkuat latar belakang fenomena dan informasi awal mengenani keterampilan komunikasi dewasa awal. Selain itu peneliti juga melakukan pendalaman teoritik yang didapat dari kajian literature dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu peneliti juga akan melakukan penyusunan instrument pengumpulan data. 2 Tahap kedua peneliti melakukan proses pengambilan data di lapangan. Pengambilan data akan dilakukan secara bertahap di 9 fakultas yang ada di Universitas Negeri Malang. 3 Tahap ketiga data yang didapatkan dari pengumpulan data akan diorganisasikan dan akan dilakukan analisis data. Analisis data akan diikuti dengan proses triangulasi data untuk menjamin keabsahan data yang didapatkan. 4 Tahap keempat tahap akhir ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari analisis hasil dan penulisan laporan penelitian. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Negeri Malang. Partisipan penelitian akan diambil dari 3 fakultas yang ada di Universitas Negeri Malang. Teknik pengumpulan data Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 87 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Data yang digunakan untuk penelitian merupakan data primer yang akan dikumpulkan menggunakan teknik observasi dan FGD focus group discussion. Karakteristik partisipan yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah 1 mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014-2017, dan 2 pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal dengan civitas akademika. Analisis data Analisis data yang digunakan adalah analisis data tematik. Analisis data tematik adalah analisis yang dilakukan dengan mengelompokkan tema ā tema yang muncul pada data kualitatif. Analisis data tematik dapat digunakan untuk model penelitian etnografi, deskriptif, fenomenologi dan studi kasus. Keabsahan Data Keabsahan data adalah sebuah kegiatan untuk melihat keakuratan dan ketetapan sebuah data menggambarkan sebuah aspek atau fenomena. Dalam penelitian kualitatif hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil pengumpulan data yang akurat dan terpercaya. Keabsahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Gubaās model for trustworthines Shenton, 2004. Guba memberikan model untuk melakukan evaluasi terhadap penelitian kualitatif, yaitu credibility in preference to internal validity, transferability in preference to external validity/generalisation, dependanbility in preference to reliability dan confirmability in preference to objectivity. Credibility dapat dicapai dengan cara member check, triangulasi dengan sumber partisipan yang berbeda dan observasi lapangan awal. Transferability dapat dilihat melalui pencatatan yang baik untuk mempertahankan deskripsi fenomena dan konteks penelitian. Dependanbility dapat lihat melalui pendalaman terhadap metode penelitian sehingga dapat diulangi oleh peneliti lain dan confirmability dapat dicapai dengan triangulasi, penggunaan matrix data dan pendalaman metode penelitian. Pembahasan dan Kesimpulan Dalam menyajikan hasil penelitian, peneliti menggunakan matriks untuk memperlihatkan rangkuman tema yang muncul dari tiga proses Focus Group Discussion FGD. Setelah itu, tema ā tema yang muncul dijelaskan lebih terperinci. Tema ā tema yang muncul disesuaikan dengan panduan FGD yang dibuat berdasarkan unsur ā unsur keterampilan komunikasi interpersonal De Vito. Tabel 1. Matriks Hasil Penelitian Pengiriman dan penerimaan pesan Kemampuan menterjemahkan kembali pesan yang akan disampaikan / diterima kedalam ide ā ide sederhana Tidak mampu menterjemahkan pesan Cukup mampu menterjemahkan pesan Cukup mampu menterjemahkan pesan. Kemampuan menyesuaikan diri dalam interaksi dan berhadapan dengan figure dalam komunikasi Kurang mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Cukup mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Cukup mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 88 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Kemampuan memilih dan menggunakan bentuk pesan dalam komunikasi. Bentuk pesan meliputi suara / lisan, tulisan dan gambar Kurang mampu memilih dan menggunakan bentuk pesan dalam berkomunikasi. Pesan yang sering digunakan adalah tulisan melalui media sosial dengan menggunakan gambar. Tulisan panjang dalam media sosial untuk semua figure menjadi pilihan semua peserta FGD. Pesan lisan melalui telepon menjadi pilihan terakhir jika pesan yang disampaikan dirasa penting untuk diri peserta FGD. Kemampuan memilih dan menggunakan media dalam berkomunikasi Media sosial dipilih untuk melakukan komunikasi dengan semua figure dalam semua konteks interaksi. Media sosial yang selalu digunakan adalah whatsapp, Line dan BBM. Mereka jarang menggunakan email dalam berkomunikasi. Gangguan yang ada dalam komunikasi meliputi fisik, psikologis dan semantik. Kemampuan untuk meminimalisir gangguan tersebut. Peserta FGD memiliki kesulitan untuk menyusun kalimat dan tanda baca baik secara lisan dan tulisan. Peserta FGD juga sering kesulitan untuk mengelola emosi ketika membaca dan mengirim pesan. Gangguan fisik yang sering dirasakan oleh peserta FGD adalah cara komunikasi lisan yang cepat atau lambat. Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan mempertimbangkan dimensi fisik, temporal, sosial psikologis dan budaya Peserta FGD dalam komunikasi mempertimbangkan budaya. Mereka melakukan komunikasi dengan melihat bagaimana cara interaksi yang terjadi di lingkungan fakultas mereka, termasuk tata hubungan dan figur dosen. Hal yang kurang mereka pertimbangkan adalah temporal dan fisik. Kemampuan untuk mengidentifikasi dampak yang akan terjadi pada pengirim dan pemberi pesan. Peserta FGD paham akan dampak yang akan terjadi dari proses komunikasi. Mereka dapat membedakan komunikasi efektif dan tidak efektif. Mereka memilih untuk menggunakan komunikasi yang tidak efektif karena kebiasaan dan kecepatan tujuan mereka tercapai. Kemampuan untuk menggunakan nilai ā nilai sopan santun dan moral dalam komunikasi Peserta FGD paham tentang nilai yang perlu diberikan dalam proses komunikasi. Mereka dapat membedakan komunikasi efektif yang beretika. Mereka memilih tidak menggunakan etika karena kebiasaan dan kecepatan tujuan mereka tercapai. Pada matriks diatas terlihat bahwa bahwa peserta FGD paham tentang bentuk komunikasi interpersonal yang efektif. Mereka paham akan dampak yang akan dirasakan oleh penerima dan pengirim pesan dengan bentuk komunikasi yang mereka gunakan. Mereka juga mengetahui bahwa dalam komunikasi, penting untuk memperhatikan sopan santun dan etika. Namun, mereka memiliki kesulitan untuk 1 memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikan, 2 penyesuaian diri terhadap konteks interaksi dan figur, 3 memilih bentuk dan media penyampai pesan yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Committee on Improving the Health, Safety, and Well-Being of Young Adults; Board on Children, Youth, and Families; Institute of Medicine; National Research Council; Bonnie RJ, Stroud C, Breiner H, editors. Investing in the Health and Well-Being of Young Adults. Washington DC National Academies Press US; 2015 Jan 27. 2, Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 89 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Young Adults in the 21st Century. Available from Devito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book Pearson Drussel, John. 2012. Social Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research Papers. Paper 21. Fleming, J. 2004. Eriksonās psychosocial developmental stages. JS Fleming, Psychological Perspectives on Human Development. Grobler, S. 1999. Adolescent interpersonal communication patterns. Curationis, 224, 35-40. Hummert, Mary Lee & Teri A. Garstka, Ellen Bouchard Ryan & Jaye L. Bonnesen. 2004. Handbook of Communication and Aging Research, second edition. The Role of Age Stereotypes in Interpersonal Communication. Lawrence Erlbaum Associate Publishers. New Jersey. Jekielek, S., Brown, B., & Trends, C. 2005. The transition to adulthood Characteristics of young adults ages 18 to 24 in America. The Annie E. Casey Foundation, Population Reference Bureau and Child Trends. Knapp, Mark L. & Daly John Augustine. 2002. Handbook of Interpersonal Communication, Cambridge University Press. New York. Lusa. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi online. Tersedia di Palupi, Juwita., Hidayat, M. Fajar., Subiyantini, Devi. & Rizky, Putri. 2016. Proceeing Seminar Nasional Psikologi Aktualisasi Potensi Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas. Hal. 28 Ramaraja, S. 2012. Psychological Perspectives on Interpersonal of Arts, Science & Commerce, International Refereed Research Journal Issue-42, Page 68-73. Ramaraju., S. 2012. Psychological Perspectives On Interpersonal Communication. Journal of Arts, Science & Commerce, Vol.ā III, Issueā42,October 2012[68] Shenton., Andrew K. 2004. Strategies For Ensuring Trustworthiness In Qualitative Research Project. Journal of Education For Information 22 2004 , page 63 -75. IOS Press Simpson, 2010. Young Adult Development, What The Research Tells Us. Parenting Education & Research Massachusetts Institute of Technology. Suhaimi Marzuki, Mustaffa, 2014. The Relationship between Emotional Intelligence and Interpersonal Communication Skills in Disaster Management Context A Proposed Framework. Procedia - Social and Behavioral Sciences 155 2014 110 ā 114 Sun, Shaojing., Gwen Hullman & Yin Wang. 2011. Communicating in the Multichannel Age Interpersonal Communication Motivation, Interaction Involvement and Channel Affinity. Journal of Media and Communication Studies pp. 7-15. Suranto, 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta Graha Ilmu Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 90 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 āPerkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososialā Universitas Negeri Malang ā 26 Agustus 2018 Valkenburg, Patti M, and Jochen Peter. 2011. Online Communication Among Adolescents An Integrated Model of Itās Attraction, Opportunities, and Risk. Journal of Adolescent Health 48 2011, page 121-127. Wilkins, K. G., Bernstein, B. L., & Bekki, J. M. 2015. Measuring Communication Skills The STEM Interpersonal Communication Skills Assessment Battery. Journal of Engineering Education, 1044, 433-453. Willig, C. 2008. Introducing Qualitative Research in Psychology Second edition. Maidenhead Open University Press ... Kemampuan komunikasi yang baik perlu dilatih agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan yang majemuk. 10 Penerjunan mahasiswa interprofesi ke masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat tersebut. Pendidikan interprofesional dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi serta pengalaman nyata saat terjun ke masyarakat. ...Widyandana WidyandanaTutik KusdaryantiDimas Septian Eko Wahyu Sumunar Gandes RahayuThe Government of Republic of Indonesia launched Healthy Indonesia Program with Family-Centered Approach PIS-PK. This program intended to improve public health in commons beneath the management of public health care. However, it remains challenging for public health care to reach all families in the working area. Active participation from volunteers or cadres to encourage the implementation of this program is required. Gabugan Tourism Village is an educational tourism village in a vision to develop the concept of "healthy tourism village". Determination from the local government to achieve healthy tourism village taken by joining collaboration with Faculty of Medicine, Public Health and Nursing Universitas Gadjah Mada FK-KMK UGM.Together with interprofessional students from the campus, local government arranged training for cadre and assist during program implementation. This study aimed to identify the Healthy Family Index HFI of residents in the Gabugan Tourism Village and evaluate the cadreās level of knowledge before and after training sessions. This was action research with a quantitative descriptive method. Data collected from August 4th, 2018 to September 7th, 2018. Research subjects were family and health cadres. Sample of 50 families from 100 families population surveyed to discover Healthy Family Index HFI, while cadres were receiving training session related to "healthy tourism villages". Pre-test and post-test followed by cadres during the training session. Survey results analyzed using quantitative descriptive, meanwhile, Wilcoxon tests set to compare pre-test and post-test scores. From 50 families an HFI average of obtained. The highest indicator of healthy family index was access to clean water facilities and the use of healthy latrines. The lowest index found at hypertension patients taking regular medication. The results of pre-test and post-test cadres indicated rising average with value of 3,823 and p = 0,000. Families in Gabugan Tourism Village generally in the healthy group. Training program involving interprofessional students proven to significantly increase the knowledge of health cadres.... Dapat disimpulkan bahwa etika berkomunikasi adalah perilaku manusia yang sesuai moral dan kaidah bahasa dalam berinteraksi dengan manusia lain sehingga memiliki pandangan yang sama tidak menimbulkan kesalahan persepsi terhadap hal yang sedang diperbincangkan. Dalam berkomunikasi agar tidak terjadi perselisihan seseorang perlu mengutamakan aturan dalam berkomunikasi yang dinamakan etika Suhanti, Puspitasari, & Noorrizki, 2018. Etika berkomunikasi diartikan sama dengan etika berbahasa, karena berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengkomunikasikan bahasa kepada lawan bicara Diana, 2016. ...Rizki UndariAchmad Muthali'in Wibowo Heru PrasetiyoPenelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana etika komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, upaya guru memperbaiki etika komunikasi siswa dan hambatan apa yang dialami oleh guru dalam upaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan beragam teknik pengumpulan data, meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Indikator dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu etika komunikasi bahasa tulis dan lisan masing-masing indikator memiliki sub-indikator, yaitu bahasa, ketepatan waktu, kerapian pakaian, dan respek terhadap percakapan dengan guru melalui platform video meeting online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa lebih banyak memilih bahasa non formal karena adanya kesetaraan usia sehingga tidak ada tuntutan menggunakan bahasa baku. Berbeda dengan komunikasi dengan guru, siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan bahasa Jawa kromo. Siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan pertanyaan dengan jelas ketika berkomunikasi dengan guru dan juga sesama rekan sekelas. Siswa ketika menyampaikan pesan kepada rekan tidak terlalu memperhatikan waktu penyampaian. Berbeda ketika dengan guru siswa masih memperhitungkan waktu yang tepat jika berkomunikasi dengan guru kecuali keadaan mendesak. Tidak ada upaya dan hambatan yang dialami oleh guru ketika berupaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Guru beranggapan bahwa etika komunikasi siswa sudah baik dan tidak melanggar kaidah etika dan kebahasaan. Etika komunikasi bahasa lisan siswa dianggap sudah cukup baik hanya perlu upaya lebih ketat untuk mendisiplinkan agar siswa mau mengaktifkan kamera on camera.... Ada enam aspek yang dinilai pada keterampilan komunikasi yaitu pengorganisasian presentasi, penyampaian isi materi, sikap cara dan ekspresi tubuh dalam menyampaikan materi, kejelasan suara saat presentasi, efisiensi waktu, dan menanggapi pertanyaan audiens Oktaviani & Nugroho, 2015. Lalu, Suhanti et al. 2018 menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal terbagi menjadi menjadi tiga kategori yaitu keterlibatan rasa atau kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain, kendali atau kontrol wujud lain dari kebutuhan untuk mempengaruhi dan menunjukkan adanya kekuatan, dan kelekatan kebutuhan untuk menjalin persahabatan, kedekatan dan cinta. ...Vella Anggresta Rendika VhaleryThe changes of curriculum affect all learning aspects including students. It changes the studentsā communication skill, and it can be a problem. To overcome that problem, cooperative learning model is considered to be a solution because this model has many types of strategies such as think pair share TPS and send greetings and questions SGQ. The aims of this study were to investigate the effect of TPS and SGQ implementation toward studentsā communicative skills, and to find out the differences of studentsā communication skill after learning through TPS and SGQ. This study was a comparative and experimental research. The population was students of Indraprasta University into two classes1st class consisted of 20 students and the 2nd class consisted of 24 students. The data were attained by using questionnaire for communication skills, observation sheet for the implementation of TPS and SGQ cooperative learning model, and documentation for mid and final test. The result showed that 1 there was a significant effect of TPS implementation toward studentsā communication skills; 2 there was a significant effect of SGQ implementation toward studentsā communication skills; and 3 there was no difference of studentsā communication skills between the implementation of TPS and SGQ cooperative learning KumalahayatiKiayati YusriyahGood interpersonal communication between teachers and students in the learning process is very necessary for the smooth running of effective learning, after the implementation of restrictions in the Covid19 era made schools implement blended learning so that the use of Microsoft Teams was used by schools as LMS to help teachers and students. students in the learning process. The purpose of this study is to determine the interpersonal communication of teachers and students in the use of Microsoft Teams, the supporting factors and barriers to interpersonal communication and how effective interpersonal communication is between teachers and students in the blended learning process of Senior High Schools in Bekasi City. The research method used is descriptive qualitative with a case study approach. Data was collected through observation, documentation, and interviews. The results show that interpersonal communication between teachers and students has been running quite effectively with the use of Microsoft Teams as a learning medium that helps teachers and students to be able to connect to online learning in the Covid19 pandemic era. There is openness, empathy, supportive attitude, positive attitude, and equality shown by teachers and students so that there is effectiveness of interpersonal purpose of this paper is to explain the relationship between emotional intelligence and interpersonal communication skills in the context of disaster management in Malaysia and to provide a conceptual framework for the future research. This paper also discusses some previous studies on emotional intelligence, interpersonal communication skills and disaster management in Malaysia that constitute the building of the conceptual framework. The main aim of the framework is to outline the relationship between emotional intelligence and interpersonal communication skills in Malaysian disaster management context. Andrew K. ShentonAlthough many critics are reluctant to accept the trustworthiness of qualitative research, frameworks for ensuring rigour in this form of work have been in existence for many years. Guba's constructs, in particular, have won considerable favour and form the focus of this paper. Here researchers seek to satisfy four criteria. In addressing credibility, investigators attempt to demonstrate that a true picture of the phenomenon under scrutiny is being presented. To allow transferability, they provide sufficient detail of the context of the fieldwork for a reader to be able to decide whether the prevailing environment is similar to another situation with which he or she is familiar and whether the findings can justifiably be applied to the other setting. The meeting of the dependability criterion is difficult in qualitative work, although researchers should at least strive to enable a future investigator to repeat the study. Finally, to achieve confirmability, researchers must take steps to demonstrate that findings emerge from the data and not their own predispositions. The paper concludes by suggesting that it is the responsibility of research methods teachers to ensure that this or a comparable model for ensuring trustworthiness is followed by students undertaking a qualitative BonnieC. StroudH. BreinerYoung adulthood - ages approximately 18 to 26 - is a critical period of development with long-lasting implications for a person's economic security, health and well-being. Young adults are key contributors to the nation's workforce and military services and, since many are parents, to the healthy development of the next generation. Although 'millennials' have received attention in the popular media in recent years, young adults are too rarely treated as a distinct population in policy, programs, and research. Instead, they are often grouped with adolescents or, more often, with all adults. Currently, the nation is experiencing economic restructuring, widening inequality, a rapidly rising ratio of older adults, and an increasingly diverse population. The possible transformative effects of these features make focus on young adults especially important. A systematic approach to understanding and responding to the unique circumstances and needs of today's young adults can help to pave the way to a more productive and equitable tomorrow for young adults in particular and our society at large. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults describes what is meant by the term young adulthood, who young adults are, what they are doing, and what they need. This study recommends actions that nonprofit programs and federal, state, and local agencies can take to help young adults make a successful transition from adolescence to adulthood. According to this report, young adults should be considered as a separate group from adolescents and older adults. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults makes the case that increased efforts to improve high school and college graduate rates and education and workforce development systems that are more closely tied to high-demand economic sectors will help this age group achieve greater opportunity and success. The report also discusses the health status of young adults and makes recommendations to develop evidence-based practices for young adults for medical and behavioral health, including preventions. What happens during the young adult years has profound implications for the rest of the life course, and the stability and progress of society at large depends on how any cohort of young adults fares as a whole. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults will provide a roadmap to improving outcomes for this age group as they transition from adolescence to adulthood. Ā© 2015 by the National Academy of Sciences. All rights Effective interpersonal communication skills in the advisor-advisee relationship context are important to the success of graduate students. Few instruments have previously been developed to assess students' communication skills in this study reports the development and validation of the Science, Technology, Engineering, and Math Interpersonal Communication Skills Assessment Battery STEM ICSAB for women doctoral students in engineering, mathematics, computer sciences, and the physical sciences. The STEM ICSAB consists of three instruments the Interpersonal Communication Knowledge Assessment, Interpersonal Communication Coping Self-Efficacy Assessment, and the Interpersonal Communication Skills The STEM ICSAB was developed in three stages. Stage I consisted of item generation and establishment of content validity. In Stage II, an exploratory analysis with a convenience sample of undergraduate and graduate students determined the initial factor structure of each instrument. In Stage III, a confirmatory factor analysis with a sample of women doctoral students further examined the factor structures derived from Stage Knowledge assessment has 20 items, the Coping Self-Efficacy assessment has 12 items, and the Skills assessment has five items. All three measures fit a unidimensional factor structure and demonstrate moderate to high internal This study provides initial support for the psychometric properties of the STEM ICSAB. Use of the STEM ICSAB will improve opportunities for women doctoral students to learn, practice, and improve critical interpersonal communication far outnumber adults in their use of e-communication technologies, such as instant messaging and social network sites. In this article, we present an integrative model that helps us to understand both the appeal of these technologies and their risks and opportunities for the psychosocial development of adolescents. We first outline how the three features anonymity, asynchronicity, and accessibility of online communication stimulate controllability of online self-presentation and self-disclosure among adolescents. We then review research on the risks and opportunities of online self-presentation and self-disclosure for the three components of adolescents' psychosocial development, including identity self-unity, self-esteem, intimacy relationship formation, friendship quality, cyberbullying, and sexuality sexual self-exploration, unwanted sexual solicitation. Existing research suggests several opportunities of online communication, such as enhanced self-esteem, relationship formation, friendship quality, and sexual self-exploration. It also yields evidence of several risks, including cyberbullying and unwanted sexual solicitation. We discuss the shortcomings of existing research, the possibilities for future research, and the implications for educators and health care are admitted to psychiatric wards presenting with psychiatric problems which are essentially secondary to problematic interpersonal relationships. Successful interpersonal relationships however depend on effective interpersonal communication. Therefore the aim of research on adolescent interpersonal communication was to explore and describe the interpersonal communication patterns of adolescents and to develop an interpersonal communication skills approach to facilitate adolescent interpersonal communication skills within a training programme for adolescents. In this article however attention will be given to the description of the interpersonal communication patterns of adolescents. The target population of the research was 17 year old adolescents. The research consisted of a pre-phase where two contextual scenarios were formulated within group discussions with adolescents. During phase one of the research these scenarios were used to obtain video taped role plays from pairs of adolescents of the target population which were transcribed for data gathering purposes. Written dialogues were also obtained from each pair of adolescents on the same scenarios used for triangulation purposes. During phase two of the research the data was analysed according to Tesch's method and a literature control was done to verify the results. Guba's model for the trustworthiness of qualitative research was used. Four recurrent interpersonal communication patterns were identified, namely Recurrent patterns of defocusing and externalizing the topic under discussion; Recurrent patterns of struggling for power; Recurrent patterns of not listening; and Recurrent patterns of focusing only on cognitive contents of messages and not on feelings. The research showed that adolescents have ineffective interpersonal communication patterns. Recommendations were made to facilitate adolescent interpersonal communication within an interpersonal communication skills approach. memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikanMereka NamunMemiliki KesulitanUntukNamun, mereka memiliki kesulitan untuk 1 memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikan, 2 penyesuaian diri terhadap konteks interaksi dan figur, 3 memilih bentuk dan media penyampai pesan yang Interpersonal Communication Book EdJoseph A DevitoDevito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book PearsonSocial Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research PapersJohn DrusselDrussel, John. 2012. Social Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research Papers. Paper 21.
ChapterPDF Available AbstractReference Buku Komunikasi Politik, Teori, Praktek dan Aplikasi di Era Media Baru oleh Umaimah Wahid, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2016 Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by Umaimah Wahid on Jun 24, 2020 Content may be subject to has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
p> Media presents to be a part of human life. The presence and the development of internet bring a new way of how to communite in social life. Social media presents and changes the communication paradigm in today's society. Communication in social media is not limited by distance, time, and space. It could happen anywhere, anytime, without having a face to face talking. Even social media can negate social status that is often as a barrier in communication. Social media has changed the world. Levels of communication merged into one container called a social media. The rise of many consequences must also be wary of, in the sense of social media opens up the opportunity of each individual involved in it to issue his opinion freely. However, self-control should be shared, in order to have freedom of communication which does not violate ethical boundaries and does not offend others. t tabel atau 2,945 > 2,013 dengan tingkat signifikasi dibawah 0,05 yaitu 0,005. Dengan demikian diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel efektivitas akun TikTok terhadap Pemberitaan media massa. Berdasarkan hasil nilai koefisien determinasi R menunjukkan nilai R sebesar = 15/9% . hal ini menunjukkan bahwa presentase efektivitas akun TikTok menyajikan pemberitaan Media massa di kalangan remaja Desa Bandar Lama Kabupaten Labuhanbatu Utara sebesar 15,9% dan sisanya 84,1% dipengaruhi oleh variabel independent lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian NisaNashihinNovelya Aleena RofaniMunawarohSocial Media is a bridge between the community and related agencies, as a place for exchanging information which will later affect the goals or feedback expected by both parties, because knowledge of social media is an urgency that is very much needed in the current era of the industrial revolution where all aspects of the digital twin technology or digital twin technology can create virtual versions of installations, processes and applications that exist in the real world, but this is not supported by the ability of students and female students who tend to be low in the use of technology. This service aims to provide skills and understanding for the students of Idhotun Nasyi'in Islamic Boarding School Sugihwaras Kalitengah to utilize social media as the main guide in processing news and information that aims to advance the Idhotun Nasyi'in Islamic Boarding School as well as a tool to expand the network of introductions about Pondok Idhotun Nasyi'in for the intended target community. This activity uses a contextual approach method, namely providing theoretical material first and followed by sorting out talents and interests belonging to two fields, namely Layouter and Journalism, followed by training related to these two fields. The results of this activity are the students' understanding of the stages of making online news, able to run from news design, news search, news processing and uploading news to social media NailufarThe objectives of this study are 1 What is the strategic role of Instagram soppenginfo in disseminating information in Soppeng Regency? 2 How is the soppenginfo information dissemination system so that it can become a medium of information in Soppeng Regency?. This research lasted for 1 month and is located in Soppeng Regency. The informants in this study were 15 students with different backgrounds and were the people of Soppeng Regency. This research method is a qualitative descriptive research method. Data collection techniques were carried out through in-depth interview techniques. The results of this study found that 1. The _soppenginfo_ account was very helpful for followers in meeting their information needs about events in Soppeng Regency. By conveying information that is easy to understand, _soppenginfo_'s strategy is not only to inform but also to educate and entertain his followers or followers. 2. In the information system, _soppenginfo_ provides information, education and entertainment faster than other media, which they can get right away if they follow the _soppenginfo_ account. With photo and video content flavored with captions so that the people of Soppeng Regency can easily understand and find out what is happening in their area, they can even connect to the rest of the world just by looking at the information published by _soppenginfo_Astinana YuliartiErma AriyaniSouth Kalimantan is one of the regions in Indonesia that has a high vulnerability to fire disasters. The Fire Disaster Management Agency is an agency that has a major role as an early warning system in the process of mitigating fire disasters in South Kalimantan. The purpose of this study was to determine the use of the five elements of communication according to Harold Laswell and information media as a public communication channel carried out by the Regional Disaster Management Agency/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD of South Kalimantan. The research method used was a qualitative descriptive approach. The results show that in the process of mitigating fire disasters in South Kalimantan Province, the Regional Disaster Management Agency/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD of South Kalimantan Province has carried out a public communication process by implementing all elements of communication and presenting Information Media as a communication channel through direct communication with the community in the area. disaster or using conventional communication channels such as leaflets, disaster pocketbooks as well as mass and digital media communication channels such as radio and social mediaYasraf PiliangAmirPiliang, Yasraf Amir. Dunia Yang Dilipat. Yogyakarta Jalasutra, Yogyakarya Mata Padi PressindoAspikomAspikom, Komunikasi Yogyakarya Mata Padi Pressindo, 2011.
daftar pustaka tentang komunikasi